Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri sajak-cinta-pendek-ungkapan-perasaan-hati. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri sajak-cinta-pendek-ungkapan-perasaan-hati. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Jumat, 27 November 2009

Sajak Cinta Pendek Ungkapan Perasaan Hati


Sajak merupakan penggalan dari kawasan untuk ekspresikan diri dan jiwa dalam bentuk untaian kata-kata penuh makna mendalam. Sajak Cinta yaitu penggalan dari ungkapa rasa cinta didalam hati akan suatu momen yang dirasakan selama hidup. Beruntunglah jikalau kita masih bisa mencicipi cinta, itu tandanya kita masih diberikan sense kehidupan...

 Sajak merupakan penggalan dari kawasan untuk ekspresikan diri dan jiwa dalam bentuk untaian k Sajak Cinta Pendek Ungkapan Perasaan Hati

Sajak Cinta Pendek Ungkapan Perasaan Hati


Hari untuk ‘Ara

mari kita namai setiap hari
sesuai nama kita saja

hari ini hari Hugo
esok yaitu hariku, hari Ara
jadi satu ahad hanya ada harimu dan hariku saja

kau tertawa,
kau bilang
sudah satu tahun ini
nama hari di kalendermu selalu sama

'Hari untuk Ara'
--


Catatan kecil

untukmu
yang menyediakan diri bersamaku
berjalanlah rahasia disisiku
berbisiklah pelan-pelan di telingaku

angin, hujan, topan sekalipun
usah lepaskan genggamanku
--


Abadi

kau tau?
hari itu saya menangis
ibarat anak kecil yang kehilangan
usai mengantarmu ke pemakaman
--


Awal

Perjalanan ini kita awali
dengan sebuah canda
kemudian kita saling bertukar rasa

jangan ucap kesepakatan semata
alasannya yaitu kita hanya perlu memeriksa
apakah lukaku dan lukamu sama
hingga kita bisa saling membalutnya.
--


Hujan sore itu

saya rindu berbicara berulang-ulang
wacana hujan sore itu
hujan yang membuatmu berkesah
alasannya yaitu menimbulkan sepatumu basah

saya suka melihatmu dalam hujan
rambut ikalmu, kuyup
dan bibir membiru
lantas kita berebut masuk ke teras rumah;
sepatu berair membuatmu terjerembab

kau tertawa; saya tertawan
---


Musim salju itu

kita membeku,
di perputaran waktu

berpura amnesia
dan melupakan segala
sapa, canda
juga rasa,

Apakah dulu, kita pernah ada?
--


Antagonis

Sepertinya beliau mengutukku,
menjadi seorang antagonis
maka kumainkan tugas itu
di benaknya sebaik kubisa

Apa yang kupunya yaitu hari ini
maka izinkan saya menjadi egois
jadilah milikku sehari saja
alasannya yaitu esok, kau kembali bersamanya
--


Subjek

Rindu ini,
ibarat tak bersubjek
apakah kau pernah ada?

alasannya yaitu seperti
ada yang tertinggal,
menggenang di sudut mata
---


Tentang Hujan

Teritis hujan di atap bergenting merah
begonia tertawa
dedaunan merah bercanda
ranting kayu bergembira

dua pasang sandal tersisa
melongo di sudut beranda
saya luka
kau tiada
--

Tentang Gerimis

gerimis di sore hari lebih indah lagi
meski matahari bersembunyi
burung-burung tak henti bernyanyi
seraya berlompatan kian kemari

saya berjalan berhati-hati
sendiri...
genangan-genangan telah terlewati
dan kenangan-kenangan menghampiri
--


Sajak yang tak selesai

ibarat sajakku yang tak pernah selesai
alasannya yaitu memang saya tak ingin usai

saya masih ingin mengetik
barisan kalimat-kalimat sendu
yang kualamatkan untukmu
alasannya yaitu kuingin kau tahu
rinduku tak pernah mengenal waktu
--


Kabar cuaca

cuaca tak pernah lagi berkabar padaku
apakah ekspresi dominan gugur
ataukah sudah ekspresi dominan salju
hingga saya ragu

hambar ini,
karna cuaca
atau kau yang tiada?
--

Kecup ragu

Kau misuh-misuh...
menuduhku 'tlah jemu
padahal saya pun menahan rindu
semoga kita tak saling berselingkuh

Sini, duduk dulu...
jangan bersuara gaduh
kecup saja usah ragu
kita seduh semua rindu
--

Barista di kafe ujung

Sudut kiri, di dingklik biru
diantara keharuman robusta yang menguar lembut
saya duduk mengawasimu
orang-orang berlalu lalang
saya tak melepas pandang

alasannya yaitu saya khawatir
jangan-jangan kau membubuhkan sesendok candu
setiap kali meracik kopi pesananku

kau tahu?
akhir-akhir ini saya merindu
entah kafein atau senyum itu?
--

Kursi bambu panjang

Kau ingat?
kali pertama kita bersua
kursi bambu panjang di bawah atap
kita melanjutkan cerita

tapi saya tak sanggup mengingat
apa yang kita perbincangkan
apakah wacana udara
atau isi berita?

di ketika kau berbisik,
hatiku memekik,

saya suka!
--


Pagi di Semeru

Pagi ini di ceruk lembah Ranu Kumbolo
kelopak daisy menggigil
menyuruk runduk di sela gelagah;
menunggu peri air menata bulir-bulir embun,
rerumputan masih bersahabat berpelukan
menyebarkan hangat dengan jembalang hutan

dan kau disitu,
berdiri
di peluk kabut; udara meremang
kau tabur senyum; matahari terjaga; saya terpana
--

Edelweiss 

akan kubawa kau ketempat
dimana edelweiss menghampar
batangnya yang putih keabuan
tumbuh berkejaran diantara bebatuan

dari literatur yang kutemukan
mereka bilang edelweiss si bunga abadi
namun dilindungi
tak bisa kau petik dan kau koleksi

andai saja kau tahu
edelweiss yang tumbuh di hatiku
jauh lebih abadi
dan boleh kau petik berkali-kali
--

Cerita bersama kupu-kupu

kupu-kupu yang mengecup bunga kesayangannya
dengan berhati-hati
semoga tak melukai
dan bunga-bunga yang riang
tertawa bahagia kala sang kupu datang

pada setiap ekspresi dominan berbunga
mereka bercanda ria
menari bersama
putik sari memecah beterbangan di udara
jembalang hutan memanen dengan suka cita

setiap pagi
kita duduk berdua menyaksikannya
serbuk peri yang mereka taburkan
di atas kepala kita
---

Pilihan Hati

Sayang,
dengan cara bagaimana saya meyakinkanmu?

saya akan berhenti bertualang
menggantung ransel usang,
menyimpan sepatu trekking
dan sleeping bag pun telah saya packing

kala malam menjelang
hambar niscaya menantang
namun ibarat kubilang
saya niscaya datang
karna saya sudah menentukan berdiang
pada hatimu yang lapang
--

Jatuh tersiksa

Aku bisa saja jatuh cinta
pada subjek yang sama
untuk waktu yang lama

jemari lentikmu bercerita
saya jatuh cinta
geligimu berbaris rapi
saya jatuh cinta
matamu mengerling manja
saya jatuh cinta
harum tubuhmu menggoda
saya jatuh cinta

selama kau ada
gotong royong saya tersiksa
disiksa cinta yang tiada tara
--

Sakau

hatiku terasa berdebu
kurus kering tanggapan merindu
kuperiksa tanggalan di dinding
sialnya saya tak lagi tahu
ini senin atau rabu?

sudah berapa hari kita berpisah?
setahun?
sewindu?
atau sudah seabaad berlalu?

sebuah pesan masuk ke ponselku
kita akan bertemu satu jam kedepan

dan saya terjangkit demam
tanggapan menahan kerinduan
cepatlah!
bila kau tak tiba dalam sejam
mungkin kau akan berziarah
pada makam
--

Candu

sudah jam sembilan
kau belum tampak
dan mataku berjalan
dari ruangan ke ruangan

jikalau kau tak datang
kerjaku tak selesai
alasannya yaitu saya sudah mencandu
pada lekuk senyummu
yang rahasia kau selundupkan
di bawah meja
ketika kau menyerahkan arsip kerja
--

'Duh!'

'duh!
saya benar-benar rindu
getar ponsel berwarna abu
alasannya yaitu hanya disitu
saya mendengar renyah suaramu

'duh!
saya benar-benar rindu
getar ponsel berwarna abu
alasannya yaitu hanya disitu
saya bertemu cinta sejatiku

'duh!
duhai kau rindu
cepatlah kau menelefonku
--


Jadwal

senin dan rabu
kita bertemu
hanya satu jam
aktivitas kita berdampingan

mana cukup?
rindu yang kusimpan Ini
tak kan habis sebulan
meski kita bertemu setiap jam

mungkin saya harus resign
dan melamar jadi asistenmu
semoga bisa kudampingi setiap waktu
--

 Sajak merupakan penggalan dari kawasan untuk ekspresikan diri dan jiwa dalam bentuk untaian k Sajak Cinta Pendek Ungkapan Perasaan Hati


Sajak Cinta Sejati Sangat Menyentuh Hati





1. Untuk 'Kus yang 'tlah berpulang

'Kus,
sepagian ini saya termenung
teh sudah kuseduh tapi saya tak berniat menghirupnya
masih terlalu panas, ucapmu bersikeras

lantas kita berdebat
wacana tata cara meminum teh berikut dalilnya
apakah ketika masih panas, ataukah menunggu hambar sesaat 

masing-masing mempertahankan alasan 
tapi tak ada yang berniat untuk menang
lantaran kita hanya menyukai perdebatan
wajahmu yang selalu memerah ketika kuserang
dan bibirku yang tertekuk murka karna beradu argumen

kemudian kita tertawa
dan kau mengacak rambutku
menyentuh gemas hidungku; saya menghirup parfummu
menyimpan rapat di benakku

'Kus,
tehnya sudah kuseduh, bahkan sudah mendingin sejam yang lalu
namun saya tak berniat menghirupnya
alasannya yaitu kau tak lagi ada,

'Kus...
saya mulai merindu, akan wangi parfummu

-- lil.arin21--


2 "Matane, El..."

“Maaf.. gres ini saya menjengukmu.”

Aku terjaga; membuka mata
sosokmu bersimpuh, 
terlihat lebih pucat dari terakhir kali saya melihat
matamu berkaca
dan saya tak kuasa

“Aku kangen, El..."
"Aku kangen candamu, saya kangen konyolmu, saya kangen bipolarmu..."

Sebutir air mata bergulir 
menimpa lenganku yang sedingin salju
ingin kuhapus tapi 'ku takut kau membeku

“Ah, maafkan  aku..."
“Aku pulang dulu, hingga kita bertemu..”
“Matane, El..” 

Kau beringsut berdiri 
berbalik memunggungiku
sehabis mengusap kaku, penggalan atas batu
menjauhi nisan kawasan tidurku.

*matane: hingga berjumpa lagi - bahasa jepang*

-- lil.arin21--

3. Lagu patah

hasilnya ia mengalah pada lukanya
ketika kembali
dan mendapat dermaganya 
telah ringkih terhempas gelombang,
lengkaplah sudah menghitung lara
ketika kesunyian dan kesepian yaitu tembang

kemudian hendak kemana akan diceritakannya
dongeng lelah sang camar
yang letih mengarungi samudra?

apakah terbang kembali memintas cakrawala
untuk kembali singgah pada dermaga usang
yang sudah menganggapnya 
sebagai tamu tak diundang?

padahal sayapnya tak bisa lagi dikepakkan
angin kencang dari benua mematahkan setiap rusuknya
ia tertusuk
namun belum siap untuk membusuk

--lil.arin21--

4 Febuari, hari kedua 

"Selamat ulang tahun!"

dan kusangkutkan sekuntum bunga ketinggian
pada dahan beranting merah
santigi gunung yang akan memberikan kata

"Selamat ulang tahun!"

dan kuteriakkan sebuah nama
pada kehijauan lembah Alun-alun Surya Kencana 
yang akan merayakannya

"Selamat ulang tahun!"

dan bertiup kabut pekat dari lereng ke puncak gunung
berhamburan menusukku dengan seribu jemari airnya
hambar menyiksa

"Selamat ulang tahun!"

dan,
abadilah dirimu di kawah itu...

--lil.arin21--

5. Masih Febuari di gunung Gede

dalam topan di lembah Surya Kencana
tenda berkibar tak kuasa
ketika angin menampar
menciptakan kita terkapar
namun bukan oleh cinta 

alasannya yaitu kebodohan dan ketidaktahuan 
kita sempurnakan dengan kesombongan
kemudian alam mengambil kuasa
membawa serta sahabat tercinta

kau jawablah tangis sang Ibunda
yang tersendat bertanya
kenapa buah hatinya 
tak ada lagi bersama kita

--lil.arin21--

6. Cerita yang tersangkut di tenggorokan

"Dit, bangunlah!"

dingin,
jangan tidur saja di kerikil itu
bantu kami menggulung tenda
topan ini tak akan mereda

"Dit, lekas bangun!"

dingin,
jangan tidur saja di kerikil itu
bantu kami menggulung tenda
angin tambah menggila 
kita harus lekas pindah

"Dit, bangunlah!"

jangan tidur saja 
kau dan kerikil itu telah sama dinginnya

jangan tidur saja
bantu kami menggulung tenda

jangan tidur saja 
kami harus membawa tubuhmu ke pelukan bunda

"Dit, tolong bangunlah!"

jangan tidur saja
bantu kami melewati mimpi ini

--lil.arin21--

7. Kisah dari buku harian

saya mulai menulis lagi
menulis sebuah kisah
yang rahasia kucuri 
dari buku harianmu

wacana rasa kagummu pada seorang gadis
yang entah siapa namanya
atau mungkin ia tak bernama
kemudian kau memanggilnya cinta

pada lembar kesekian
saya menemukan planning perjalanan
kau dan cinta akan bertualang
Gede-Pangrango rute tujuan

kemudian ranselmu saya pinjam 
saya ingin menjadi sahabat keparat sekali waktu
rencanamu harus gagal atau jangan panggil saya empu
kau mengiyakan, bahkan memperlihatkan permintaan perjalanan
saya mengiyakan, bukankah itu tanggalmu bersama si cinta


8. Egois Cinta 

nama cinta itu 
mulai sering mengisi buku harianmu
tapi kurasa ia hantu
alasannya yaitu tak pernah mau bertemu aku

awas nanti!
kulempar beliau ke kawah itu
jikalau mencoba-coba merangkul dirimu


9. Ternyata Aku

sabtu hingga minggu
hanya kau dan aku

saya tersipu
cinta itu ternyata aku

--lil.arin21--

10. Kisah bandana merah

kenapa malam lebih indah ketika di lembah
dengan purnama yang lembut menyapa 

padahal saya pernah bersama purnama
di puluhan lembah-lembah
tapi entah mengapa
purnama kali ini berbeda

dengan agak repot kau merapikan
helai-helai rambut yang bandel menutupi wajah
saya menyodorkan bandana,
dan kau mengikatkannya 
saya tak pernah tahu 
bandana merah itu bisa terlihat berbeda
atau karna legam rambutmu 
menimbulkan warnanya lebih indah

saya melirik,
bandana merah itu ibarat mencibir
mengejekku karna ketidak-beranianku
untuk menyentuh rambutmu,

saya berbisik, pada bandana merah
adanya kau disitu, yang mengikat rambutnya
sudah menjadi penanda 
saya memilikinya

--lil.arin21--


11. Halte Xaverius, siang pukul satu

hujan...
dan saya membenci hujan,
dan saya membenci genangan,
dan saya membenci teritis air,
dan saya membenci aspal basah,
dan saya membenci dinginnya,
dan saya membenci hujan,
saya membenci hujan...

sebab,
saya merindu, 
saya merindu kaki kita menginjak genangan,
saya merindu tanganmu yang menaungi kepala,
saya merindu kita berhujan di aspal hitam,
saya merindu hangat jaketmu,
saya merindui dirimu,
ketika kita terjebak hujan di halte itu...

--lil.arin21--

12 Terus Melangkah Maju

Namamu ada dalam setiap doaku 
Tak kan pernah pudar walau kesal menerpa 
Jauh kaki melangkah, kita saling mengenal 
Tidak ada kata mundur, 
Terus melangkah maju 
Lupakan ego diri,
Untuk penyatuan yang abadi 


Wah seru ya sajak cinta diatas, bagi sobat poemers yang ingin melihat sajak atau puisi cinta lainnya bisa lihat di tampilan home kami atau bisa juga lihat koleksi kami seperti: Cinta Jarak Jauh Sajak-Sajak Cinta dan juga Kumpulan Puisi Pendek Tentang Kehidupan Penuh Makna